Sunday, April 14, 2013

KEHEBATAN AJARAN ISLAM



Hadits diatas menunjukkan bahwa kita harus meyakini dengan sepenuh hati, bahwa ajaran Islam itu sempurna bagi manusia. Dengan ketinggian ajaran Islam tersebut, seharusnya pula kita menjadi umat yang tinggi dan mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan umat-umat yang lain.
Kita harus ingat bahwa al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk manusia, baik untuk mengarungi hidup didunia maupun diakhirat. Manusia yang mana? Yang mana saja, asal dia merasa dirinya manusia.
Dari mana pondasi ajaran Islam dibangun? Yaitu dari Aqidah atau keimanan. Kepercayaan tentang adanya Allah, al-Qur’an, Rosul, malaikat, alam akhirat dan taqdir (qadha’ dan qadar) harus diluruskan lebih dahulu dari pada ajaran Islam yang bersifat fiqyah dan mu’amalah, karena ajaran Islam secara keseluruhan tidak dapat dilepaskan dari aqidah.
Oleh sebab itu kali ini kita akan membahas secara global tentang masalah aqidah islam. Tapi perlu ditekankan bahwa pembahasan kita kali ini merupakan pintu masuk dari pembahasan-pembahasan dipertemuan yang akan datang.

***

Secara sederhana dapat kita logikakan, karena ajaran Islam itu diperuntukkan bagi manusia maka apapun yang diajarkan harus sesuai dengan potensi manusia. Dengan mengetahui potensi manusia maka kita dapat mencerna islam itu secara lebih gamblang. Apa potensi manusia yang paling pokok? Dapat kita jelaskan, secara garis besar manusia mempunyai naluri (gharizah) yang harus dipenuhi. Dan ada tiga macam gharizah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri), gharizatun nau’ (naluri untuk melestarikan keturunan), gharizatut taddayun (naluri untuk bertuhan/beragama).
Gharizatul baqa’ ini dapat kita lihat gejalanya pada diri manusia, misalnya ketika dia lapar maka dia akan segera mencari makan. Bila dia terancam nyawanya, maka dia akan segera menghindar. Bila dia tersinggung maka dia akan melawan, dst.
Ghariratun nau’ adalah naluri manusia untuk mempertahankan eksistensinya didunia ini, yaitu dengan melestarikan keturunannya. Perasaan aveksi yang ada dalam diri manusia adalah bukti bahwa naluri itu ada, ketertarikan pada lawan jenis, perasaan sayang, cemburu, dst.
Gharizatut tadayun, hal ini biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk taqdis atau pensucian terhadap sesuatu. Dapat kita buktikan dengan banyaknya manusia yang tidak bisa lepas dari bayangan kekuatan yang besar dibalik alam ini. Jauh sebelum agama-agama datang ke Indonesia, nenek moyang kita telah menghambakan diri kepada benda-benda keramat dan roh-roh nenek moyang atau lebih dikenal animisme dan dinamisme.
Itulah wujud dari gharizah manusia secara umum, dan hal itu butuh pemenuhan. Namun harus diingat, pemenuhan itu harus benar dan kebenaran itu hanya dipunyai oleh Sang Pencipta (al-Khaliq) yang telah menciptakan manusia, karena Dia yang menciptakan maka Dia pula yang paling tahu kebutuhannya. Oleh karena itu semua harus dikembalikan kepada ajaran-Nya demi kemaslahatan manusia didunia dan diakhirat.

Bagaimana islam menyikapi potensi manusia tersebut?

Islam mengakui bahwa semua hal diatas adalah potensi manusia yang harus dipenuhi, tapi penjelasan tentang pemenuhan kebutuhan tersebut dapat kita temukan disetiap detail ajarannya. Gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri), misalnya : Islam mengaturnya dengan memberikan batasan mana yang halal dan mana haram. Selain itu cara mendapatkannyapun harus dengan cara yang ma’ruf demi kemaslahatan manusia itu sendiri, dst.
Sedangkan Ghorizatun nau’ (naluri melestarikan keturunan) : Islam mengaturnya dengan jalan yang legal yaitu nikah. Nikah ini disyari’atkan untuk mengangkat derajat manusia supaya tidak jatuh dalam perzinaan. Jika hubungan lawan jenis ini tidak diatur maka nilai manusia tidak lebih baik dari hewan, bahkan lebih hina dari pada hewan. Nikah juga dapat menanggulangi bahaya penyakit kelamin dan penyakit berbahaya lainnya yang diakibatkan oleh hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan hidup bersama antara laki-laki dan perempuan tidak dilarang oleh Islam seperti halnya kehidupan para pendeta dan biksu. Karena dengan demikian adalah pengingkaran terhadap suatu kebutuhan manusia secara biologis. Akibatnya banyak dari para pendeta yang melakukan zina dengan para biara wati, tapi hal ini ditutup-tutupi.
Tidak cukup disitu saja, Islam juga mengatur pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya hubungan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini disyai’atkan demi menjaga kehormatan manusi khusunya para perempuan yang memang sering menjadi korban pelecehan.
Adapun Ghorizatut tadayun (naluri untuk beragama) : Islam memberikan jawaban yang cukup memuaskan akal dan menenangkan hati, jika tidak demikian maka tentu keyakinan seseorang tentang Islam akan sangat rapuh. Islam memberikan peritah untuk menyembah Allah semata. Bukan mengakui bahkan menyembah banyak Tuhan seperti agama lain. Dengan logika jika banyak Tuhan yang harus disembah, ibarat jadi budak dengan dua tuan. Yang satu berkehendak demikian, yang lain berkehendak demikian. Tentu sangat membingungkan. Dan Islam melarang kita untuk melakukan ritual apapun kecuali jika ada perintah dari Allah dan Rosulnya

No comments:

Post a Comment