Hadits diatas menunjukkan bahwa kita harus meyakini dengan sepenuh
hati, bahwa ajaran Islam itu sempurna bagi manusia. Dengan ketinggian ajaran
Islam tersebut, seharusnya pula kita menjadi umat yang tinggi dan mempunyai
banyak kelebihan dibanding dengan umat-umat yang lain.
Kita harus ingat bahwa al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk
manusia, baik untuk mengarungi hidup didunia maupun diakhirat. Manusia yang
mana? Yang mana saja, asal dia merasa dirinya manusia.
Dari mana pondasi ajaran Islam dibangun? Yaitu dari Aqidah atau
keimanan. Kepercayaan tentang adanya Allah, al-Qur’an, Rosul, malaikat, alam
akhirat dan taqdir (qadha’ dan qadar) harus diluruskan lebih dahulu dari pada
ajaran Islam yang bersifat fiqyah dan mu’amalah, karena ajaran Islam secara
keseluruhan tidak dapat dilepaskan dari aqidah.
Oleh sebab itu kali ini kita akan membahas secara global tentang
masalah aqidah islam. Tapi perlu ditekankan bahwa pembahasan kita kali ini
merupakan pintu masuk dari pembahasan-pembahasan dipertemuan yang akan datang.
***
Secara sederhana dapat kita logikakan, karena ajaran Islam itu
diperuntukkan bagi manusia maka apapun yang diajarkan harus sesuai dengan
potensi manusia. Dengan mengetahui potensi manusia maka kita dapat mencerna
islam itu secara lebih gamblang. Apa potensi manusia yang paling pokok? Dapat
kita jelaskan, secara garis besar manusia mempunyai naluri (gharizah) yang
harus dipenuhi. Dan ada tiga macam gharizah yang terdapat dalam diri manusia,
yaitu gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri), gharizatun nau’ (naluri
untuk melestarikan keturunan), gharizatut taddayun (naluri untuk
bertuhan/beragama).
Gharizatul baqa’ ini dapat kita lihat gejalanya pada diri manusia,
misalnya ketika dia lapar maka dia akan segera mencari makan. Bila dia terancam
nyawanya, maka dia akan segera menghindar. Bila dia tersinggung maka dia akan
melawan, dst.
Ghariratun nau’ adalah naluri manusia untuk mempertahankan
eksistensinya didunia ini, yaitu dengan melestarikan keturunannya. Perasaan
aveksi yang ada dalam diri manusia adalah bukti bahwa naluri itu ada,
ketertarikan pada lawan jenis, perasaan sayang, cemburu, dst.
Gharizatut
tadayun, hal ini biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk taqdis atau pensucian
terhadap sesuatu. Dapat kita buktikan dengan banyaknya manusia yang tidak bisa
lepas dari bayangan kekuatan yang besar dibalik alam ini. Jauh sebelum
agama-agama datang ke Indonesia, nenek moyang kita telah menghambakan diri
kepada benda-benda keramat dan roh-roh nenek moyang atau lebih dikenal animisme
dan dinamisme.
Itulah wujud
dari gharizah manusia secara umum, dan hal itu butuh pemenuhan. Namun harus
diingat, pemenuhan itu harus benar dan kebenaran itu hanya dipunyai oleh Sang
Pencipta (al-Khaliq) yang telah menciptakan manusia, karena Dia yang
menciptakan maka Dia pula yang paling tahu kebutuhannya. Oleh karena itu semua
harus dikembalikan kepada ajaran-Nya demi kemaslahatan manusia didunia dan diakhirat.
Bagaimana islam menyikapi potensi
manusia tersebut?
Islam mengakui
bahwa semua hal diatas adalah potensi manusia yang harus dipenuhi, tapi
penjelasan tentang pemenuhan kebutuhan tersebut dapat kita temukan disetiap
detail ajarannya. Gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri), misalnya :
Islam mengaturnya dengan memberikan batasan mana yang halal dan mana haram.
Selain itu cara mendapatkannyapun harus dengan cara yang ma’ruf demi
kemaslahatan manusia itu sendiri, dst.
Sedangkan
Ghorizatun nau’ (naluri melestarikan keturunan) : Islam mengaturnya dengan
jalan yang legal yaitu nikah. Nikah ini disyari’atkan untuk mengangkat derajat
manusia supaya tidak jatuh dalam perzinaan. Jika hubungan lawan jenis ini tidak
diatur maka nilai manusia tidak lebih baik dari hewan, bahkan lebih hina dari
pada hewan. Nikah juga dapat menanggulangi bahaya penyakit kelamin dan penyakit
berbahaya lainnya yang diakibatkan oleh hubungan bebas antara laki-laki dan
perempuan. Kebutuhan hidup bersama antara laki-laki dan perempuan tidak
dilarang oleh Islam seperti halnya kehidupan para pendeta dan biksu. Karena
dengan demikian adalah pengingkaran terhadap suatu kebutuhan manusia secara
biologis. Akibatnya banyak dari para pendeta yang melakukan zina dengan para
biara wati, tapi hal ini ditutup-tutupi.
Tidak cukup
disitu saja, Islam juga mengatur pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya hubungan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini disyai’atkan demi
menjaga kehormatan manusi khusunya para perempuan yang memang sering menjadi
korban pelecehan.
Adapun Ghorizatut tadayun (naluri untuk
beragama) : Islam memberikan jawaban yang cukup memuaskan akal dan menenangkan
hati, jika tidak demikian maka tentu keyakinan seseorang tentang Islam akan
sangat rapuh. Islam memberikan peritah untuk menyembah Allah semata. Bukan
mengakui bahkan menyembah banyak Tuhan seperti agama lain. Dengan logika jika
banyak Tuhan yang harus disembah, ibarat jadi budak dengan dua tuan. Yang satu
berkehendak demikian, yang lain berkehendak demikian. Tentu sangat
membingungkan. Dan Islam melarang kita untuk melakukan ritual apapun kecuali
jika ada perintah dari Allah dan Rosulnya
No comments:
Post a Comment