Sunday, April 14, 2013

Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama


Pengertian Pemerolehan Bahasa Pertama
Secara harafiah pemerolehan bahasa pertama dapat diartikan sebagai penerimaan pesan berupa bunyi-bunyi oleh anak semenjak ia masih bayi. Kita semua tidak menyangkal akan kesanggupan seorang anak yang biasa berkomunikasi dalam usia yang masih terhitung hari, minggu atau bulan. Kegiatan awal seorang bayi adalah meraba, berceloteh atau menangis. Ia juga bisa mengkomunikasikan sejumlah pesan baik secara vokal maupun non vokal.
  1. Pemerolehan Bahasa Pertama juga bisa diartikan bagaimana anak memperoleh bahasa ibu tanpa kesengajaan dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan tersebut adalah orang-orang yang ada di sekitarnya dan ragam bahasa yang digunakan oleh mereka yang sempat tertangkap oleh daya simak seoarang anak. Pada kenyataannya anak yang normal memperoleh bahasa pertama dari orang-orang yang ada disekitarnya. Sementara kita mengesampingkan dahulu terhadap keadaan anak yang ‘tuli’ atau ‘bisu’. Pemerolehan bahasa ini tanpa diminta, tanpa disengaja dan tanpa diperintah. Sebagaimana sifat dasar anak adalah meng’imitasi’ dari sifat orang tuanya atau dari lingkungan tempat ia tinggal    dan berkembang.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin tingi tingkat intelegensi anak, semakin banyak ia membutuhkan ragam bahasa yang bisa diterima oleh otaknya agar ia bisa mengkomunikasi pesan yang beragam. Karena itu, anak kemudian mentransfer banyak data bahasa dari berbagai sumber. Sumber-sumber itu antara lain adalah buku, majalah, koran dan televisi.
Sampai pada tahap-tahap pembelajaran bahsa yang lebih tinggi, pemerolehan bahasa pertama memegang peranan penting. Pemerolehan bahasa kedua dan selebihnya merupakan penerus dari pemerolehan bahasa pertama. Jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan bahasa yang beragam dan sehat, maka ia akan memiliki kemampuan bahasa yang tinggi. Begitu juga sebaliknya
. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.


Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).
1. Anak tidak belajar bahasa dengan cara menyimpan semua kata dan kalimat dalam
sebuah kamus mental raksasa. Daftar kata-kata itu terbatas, tetapi tidak ada kamus
yang bisa mencakup semua kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
2. Anak-anak dapat belajar menyusun kalimat, kebanyakan berupa kalimat yang belum
pernah mereka hasilkan sebelumnya.
3. Anak-anak belajar memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Mereka tidak dapat melakukannya dengan menyesuaikan tuturan yang
didengar dengan beberapa kalimat yang ada dalam pikiran mereka.
Anak-anak selanjutnya harus menyusun “aturan” yang membuat mereka dapat menggunakan bahasa secara kreatif. Tidak ada yang mengajarkan aturan ini. Orang tua tidak lebih menyadari aturan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantik daripada

anak-anak. Selain memperoleh aturan tata bahasa (memperoleh kompetensi linguistik), anak-anak juga belajar pragmatik, yaitu penggunaan bahasa secara sosial dengan tepat, atau disebut para ahli dengan kemampuan komunikatif. Aturan-aturan ini termasuk mengucap salam, kata-kata tabu, bentuk panggilan yang sopan, dan berbagai ragam yang sesuai untuk situasi yang berbeda. Ini dikarenakan sejak dilahirkan, manusia terlibat dalam dunia sosial sehingga ia harus berhubungan dengan manusia lainnya. Ini artinya manusia harus menguasai norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagian dari noraia ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi seseorang tidak terbatas pada apa yang disebut pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use) (Dardjowidjojo, 2000:275).
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat. Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh prinsip atau falsafah ‘jadilah orang lain dengan sedikit perbedaan’, ataupun ‘dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan di dalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri’.
2. Masa Waktu dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.
Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua khususnya ibu) dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya. la berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan pada tahap satu kata

anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemerian.
Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Ada lima tahapan pemerolehan bahasa pertama. Setiap tahap dibatasi oleh panjang ucapan rata-rata tadi. Untuk setiap tahap ada Loncatan Atas (LA).
Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua mencakup eksistensi, noneksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek dengan orang.
Pada masa tahap 2 ada tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak, yang dapat membuat kalimat-kalimat mereka menjadi lebih panjang yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau penyambungan bersama-sama hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan/relasi.
Perkembangan pemerolehan bunyi anak-anak bergerak dari membuat bunyi menuju ke arah membuat pengertian. Periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama tahun pertama yaitu (1) periode vokalisasi dan prameraban serta (2) periode meraban. Anak lazimnya membuat pembedaan bunyi perseptual yang penting selama periode ini, misalnya membedakan antara bunyi suara insani dan noninsani antara bunyi yang berekspresi marah dengan yang bersikap bersahabat, antara suara anak-anak dengan orang dewasa, dan antara intonasi yang beragam. Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang didengarnya. Anak-anak menukar atau mengganti ucapan mereka sendiri dari waktu ke waktu menuju ucapan orang dewasa, dan apabila anak-anak mulai menghasilkan segmen bunyi tertentu, hal itu menjadi perbendaharaan mereka.

Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi dalam empat bagian yaitu perkembangan negatif/penyangkalan, perkembangan interogratif/pertanyaan, perkembangan penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi.
Ada tiga tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan persyaratan, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban ya atau tidak, pertanyaan yang menuntut informasi, dan pertanyaan yang menuntut jawaban salah satu dari yang berlawanan (polar).
Penggabungan beberapa proposisi menjadi sebuah kalimat tunggal memerlukan rentangan masa selama beberapa tahun dalam perkembangan bahasa anak-anak.
B. Pemerolehan Pragmatik
Pragmatik bukanlah salah satu komponen dalam bahasa; kajian ini hanya memberikan perspektif pada bahasa. Karena pragmatik menyangkut makna maka sering kali ilmu ini dikelirukan dengan ilmu tentang makna, semantik. Perkembangan kedua ilmu ini bahkan menimbulkan semacam perebutan wilayah karena satu dianggap telah memasuki wilayah yang lain. Akan tetapi, apabila diamati secara lebih cermat maka akan terlihat bahwa semantik mempelajari makna dalam bahasa alami tanpa memerhatikan konteksnya. Sementara itu, pragmatik merujuk kepada kajian makna dalam interaksi antara seorang penutur dengan penutur yang lain (Jucker, 1998, dalam http://bmp6103.blogspot.com/2007/07/ra.html).
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat defmisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Thomas (1995: 2) menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi

ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefmisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).
Pragmatik itu sendiri menurut Leech (1983:6) adalah studi tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu. Lebih lanjut ia juga menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian mengenai makna di dalam hubungannya dengan situasi ujar. Dari pengertian mi terlihat bahwa kedua batasan tersebut mengeksplisitkan makna, yang kemudian di dalam pragmatik disebut maksud. Lebih lanjut lagi, Gunarwan menyebutkan salah satu defmisi pragmatik, yaitu kajian mengenai kemampuan pengguna bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut diujarkan (dalam Rustono, 1999:2). Jadi pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa, atau maksud di balik suatu tuturan. Penggunaan bahasa yang tepat harus diperoleh seorang anak karena kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada kepatuhan terhadap aturan gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik. Menurut Ninio dan Snow (dalam Dardjowidjojo, 2000:43-48), mau tidak mau seorang anak mengembangkan pengetahuan yang diperlukan agar dalam situasi komunikasi bahasa yang dia pakai itu pantas, efektif, dan sekaligus mengikuti aturan gramatikal.
Lebih lanjut mereka juga menyatakan bahwa untuk menelusuri kemampuan pragmatik seorang anak, paling tidak ada tiga hal yang perlu dipelajari, yaitu: 1. Pemerolehan niat komunikatif Ninio dan Snow mendapati bahwa dalam mewujudkan
niat komunikatif secara verbal, terdapat urutan yang dilandaskan pada berbagai
kepentingan pragmatik seperti:
a. Kepentingan ujaran: bertitik tolak pada sudut pandang anak sehingga jenis
ujaran yang muncul juga mencerminkan kepentingan tersebut.
b. Peran kelayakan ujaran: ujaran untuk meminta sesuatu pasti lebih dahulu
dikuasai daripada jenis ujaran yang lain.
c. Kompleksitas kognitif: merujuk pada titik pandang yang lebih terarah kepada
diri sendiri.

2. Pengembangan kemampuan untuk bercakap-cakap Anak secara bertahap dapat
menguasai aturan-aturan yang ada dalam percakapan yang terdiri atas tiga komponen,
yaitu pembukaan, giliran, dan penutup. Kalimat yang diucapkan juga harus
membentuk pasangan serasi (adjacency pairs).
3. Pengembangan peranti wacana Percakapan antara anak dengan orang lain dapat
berjalan lancar karena:
a. Pendengarnya adalah orang-orang dekat yang mengenal perilakunya sehingga
mereka memahami apa yang dikatakan anak.
b. Pendengar memberikan dukungan konversasional kepada anak.
Hal yang dibicarakan umumnya berkaitan dengan ihwal sini dan kini. Kekonkretan benda dan rujukan peristiwa yang sedang berlangsung memudahkan anak untuk berbicara
C. Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan.
Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, tetapi sahih atau tidak. Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut

kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Selanjutnya Austin, seperti juga ditekankan lebih lanjut oleh Searle (dalam Gunarwan 2004: 9), memasukkan ujaran konstatif, karena memiliki struktur dalam yang mengandungi makna performatif, sebagai bagian dari performatif (Austin 1962: 52 dan Thomas 1995: 49). Dalam contoh (4), struktur dalam ujaran tersebut dapat saja berbunyi Saya katakan bahwa rumah Joni terbakar.
Pencetus teori tindak tutur, Searle (1975:59-82) membagi tindak tutur menjadi lima kategori:
1. Representative/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas
apa yang diujarkan
2. Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar
melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu
3. Ekspresif/evaluatif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya
diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.
4. Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturannya
5. Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dsb) yang baru.
Tindak tutur juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan mernerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang yang merupakan tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung. Sehubungan dengan kelangsungan dan ketaklangsungan tuturan, tindak tutur juga dibedakan menjadi tindak tutur harfiah

(maksud sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya) dan tidak harfiah (maksud tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya). Jika dua jenis tindak tutur, langsung dan taklangsung, digabung dengan dua jenis tindak tutur lain, harfiah dan takharfiah, diperoleh empat macam tindak tutur interseksi, yaitu (1) tindak tutur langsung harfiah, (2) tindak tutur langsung takharfiah, (3) tindak tutur taklangsung harfiah, (4) tindak tutur taklangsung takharfiah.
Di tinjau dari sudut pandang kelayakan pelaku tindak tutur, Fraser (1974) mengemukakan dua jenis tindak tutur : (1) vernakuler, yaitu tindak tutur yang dapat dilakukan oleh setiap anggota masyarakat, dan (2) seremonial, yaitu tindak tutur yang dilakukan oleh orang yang berkelayakan untuk hal yang dituturkannya.
Sementara itu Bloom dkk. (dalam Carroll, 1999:297) meneliti sifat wacana orang dewasa dengan anak-anak dan mengategorikan jenis tuturan anak-anak sebagai berikut: Kategori Pengertian Nonadjacent Tuturan yang terjadi tanpa adanya tuturan orang dewasa sebelumnya, atau dengan jeda tertentu setelah tuturan orang dewasa. Adjacent Tuturan yang terjadi setelah tuturan orang dewasa. Noncontingent Tuturan yang tidak memiliki topik yang sama dengan tuturan orang dewasa yang mendahuluinya. Imitiative Tuturan yang berbagi topik yang sama dengan tuturan sebelumnya, tetapi tidak memberikan tambahan informasi; atau semua bagian tuturan yang mendahului diulang tanpa perubahan. Contingent Tuturan yang berbagi topik yang sama dengan tuturan sebelumnya dan memberikan informasi tambahan pada tuturan tersebut. Seorang anak harus dapat juga menguasai makna kalimat dan dampak ilokusionernya. Anak harus bisa menguasai tindak ujaran ilokusioner dengan baik, yaitu bagaimana dia menyatakan sesuatu, menanyakan sesuatu, dan seterusnya. Dore (dalam Dardjowidjojo, 200:277) menyebutkan jenis ujaran yang disebut Primitive Speech Act (PSA), yaitu labeling (menyatakan sesuatu), repeating (mengulang), answering (menjawab), requsting action (memberi perintah), requesting answer (bertanya), calling (memanggil), greeting (menyapa), protesting (memprotes), dan practicing (mempraktikkan).
Dalam bertutur terdapat prinsip percakapan yang mengatur apa yang harus dilakukan pesertanya agar percakapan terdengan koheren. Prinsip percakapan menurut Grice (dalam Rustono, 1999:54-57) terdiri atas empat bidal, yaitu:

1. Bidal kuantitas, yaitu menyangkut jumlah kontribusi terhadap koherensi
percakapan.
2. Bidal kualitas, berisi nasihat untuk memberikan kontribusi yang benar dengan
bukti-bukti tertentu.
3. Bidal relevansi, menyarankan penutur untuk mengatakan apa-apa yang relevan.
4. Bidal cara, menyarankan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan jelas.

tips corat-coret untuk melihat seorang gadis yang masih suci


Berikut ada sedikit tips corat-coret untuk melihat seoranggadis yang masih suci. semoga dapat bermanfaat, dan ini adalah tips buat ikhwan-ikhwan yang benar-benar mau membina rumah tangga, jadi jangan disalah gunakan ya…
KRITERIA WANITA PILIHAN ADA EMPAT
1. Agak hitam rambutnya, hitam alisnya, hitam bulu matanya, hitam bola matanya.
2. Agak putih badannya, putih giginya, putih kedua telapak tangannya.
3. Agak kemerah2an bibirnya, kemerah2an pipinya, kemerah2an gusinya.
4. Agak sedang kepalannya, dagunya, sedang payudaranya, semerbak keringatnya, harum bau mulutnya, hidungnya dan badannya.

Wallahu a’lam bisshawab. Untuk lebih spesifik ada beberapa hal yang perlu diperhatiakan diantaranya:
DAHI
Gadis yang masih suci, dahinya licin. Bila selalu senggama licinnya hilang, justru yang timbul kedutan (garis2) yang kadang nampak kadang tidak ketika ngobrol. Kedutan karena sudah tidak suci, tidak sama dengan kedutan wajah yang dimakan usia. Kedutan suci yang telah hilang, tidak begitu ketara dan tidak begitu nampak, kecuali ketika muka menunjukkan reaksi tertentu seperti sedang ketawa dan bicara, sementara kedutan karena dimakan usia senantiasa nampak dan kekal. Jangan dihilangkan dengan sembarang minyak, walaupun di zaman sekarang ada bermacam2 minyak.

Tetapi kedutan karena hilangnya kesucian tidak mudah dihilangkan. Untuk memudahkan melihat gadis yang masih suci atau tidak. Coba perhatikan dahi gadis yang sudah bersuami dengan yang belum. Perhatikan betul2 niscaya nampak kelainannya. Gadis yang sudah tidak suci terdapat beberapa kedutan garis2 timbul dan melekuk didahi gadis itu. Perhatikan betul2 sebab garis2 itu tidak begitu nampak (terang). Wallahu a’lam.
HIDUNG
Gadis yang masih suci atau tubuhnya belum disentuh oleh lelaki, ujung hidungnya berwarna kemerah-merahan, jika disentuh ujung hidungnya nampak merah. Gadis yang tidak suci ujung hidungnya merah tetapi merah pucat, terkadang warna merah tidak nampak, yang nampak hanyalah pucat, tak percaya coba liat ujung hidung anak perempuan, merahkan..? Bagi lelaki yang suka merusak kesucian wanita, hidungnya berbelang, oleh karena itu disebut lelaki hidung belang. Wallohu a’lam

MATA
dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati…..
Kita menggunakan mata untuk memandang dan melihat seseorang, cantikkah, bugarkah, luweskah, dsb. Terkadang kita memandang wanita cantik dibagian luar saja, tapi bagian dalamnya sudah habis, untuk mengetahui wanita itu masih suci atau tidak coba tengoklah matanya. Bila bagian bawah kelopak terlipat sedikit dan terdapat tanda lebam (tanda memar) berarti gadis itu sudah tidak suci lagi, mungkin sudah bersuami. lebam yang menunjukkan tidak suci nampak semacam garis2 hitam di bawah kelopak mata disamp?ng warna hitam dibawah kelopak mata sedikit kelihatan berkeriput (berkedut). Gadis yang masih suci matanya berseri2, tidak ada warna hitam, lebam maupun garis2. Apabila gadis itu tertawa di bawah kelopak matanya tidak terdapat apapun, seperti kedut (berkeriput) , bergaris dll. Wallohu a’lam.(yg dimaksud lebamnya mata bukan karena kurang tidur loh -D )

PUNGGUNG
Punggung gadis berubah melalui 2 proses:

1. Punggung gadis menjadi besar karena proses hormon.
2. Punggung gadis menjadi besar karena lelaki.

Punggung yang sudah kena sentuhan lelaki akan menjadi besar, lebih2 yang sudah berhubungan badan. Punggung gadis yang masih suci walaupun gemuk ia masih kelihatan cantik, sebab masih kental dan tegang serta tidak lesu dan jatuh. Cobalah perhatikan pinggang gadis, kalau pinggangnya masih ramping dan punggung tidak besar, tidak montok dan kenyal pada punggungnya. Kalau berjalan punggungnya tidak goyah sebab dagingnya masih solid dan tidak lembut kalau dipegang, artinya dia masih suci. Bagi yang pernah melakukan hubungan badan, punggungnya memang berisi dan besar tetapi tidak kental, punggungnya nampak jatuh, lebih2 disaat ia berjalan, goyangannya tidak melantun.
Kenapa punggung gadis yang pernah melakukan hubungan badan bisa jatuh? Disaat melakukan hubungan badan lebih kurang 90% hormon yang ada di bagian punggung akan tertumpu kebagian kemaluan, sebab di masa kepuncak (organsme), punggung gadis menjadi tegang.
Apabila sudah selesai berhubungan badan punggung yang tegang akan mengendur semula dan ini menyebabkan punggung menjadi kendur dan jatuh. Lebih kerap gadis itu melakukan hubungan badan, punggung akan semakin jatuh dan lesu, leper. Wallahu a’lam.
TELINGA
Telinga termasuk salah satu panca indra yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah gadis itu masih suci atau tidak. Di negeri china telinga sebagai peramal untuk mengetahui penyakit didalam tubuh seseorang. Gadis yang tidak pernah disentuh oleh laki2, telinganya cantik dan nampak bersih, kalau gadis itu pernah disetubuhi atau telinganya pernah digigit atau dicium dan disentuh, secara otomatik bentuk telinga gadis itu akan berubah menjadi lebih leper sedikit dan tidak lagi kemerah-merahan dan menjadi pucat. Bagi gadis yang masih suci tapi pernah kena sentuh lelaki, pucatnya tidaklah ketara sangat. Wallahu a’lam.

BUAH DADA (payudara)
Peranan buah dada memang banyak, bukan sekedar menggoda nafsu lelaki saja, tapi buah dada sebagai bukti kalau gadis itu pernah disentuh atau tidak. Buah dada gadis yang belum pernah kena sentuh, senantiasa tegang. Tetapi kalau sudah kena sentuhan, buah dada itu tegangnya berkurang dan membesar sedikit dari pada ukuran asalnya, lebih kerap disentuh, lebih kendur. Perhatikan gadis disaat berjalan atau berlari, bergerak2 dan melambai jatuh (ke bawah) dan berbuai sekali berarti ketegangan sudah hilang. Kalau belum kena sentuhan, walaupun buah dada berbuai disaat berlari tetapi buaiannya tidak terlalu melambai2 berarti ketegangan masih ada.

Puting buah dada yang pernah kena sentuhan menjadi panjang dan terjojol (keluar) sedikit dari tempat persembunyiannya. Buah dada yang selalu kena remas akan menjadi lebih besar, dan jangan menuduh gadis yang berbuah dada besar itu kena remas. Sebab, buah dada yang besar kena remas dan yang besar karna alami memang berbeda.
Buah dada yang kena remas menjadi besar tetapi tidak tegang. Sementara buah dada yang besar karna alami senantiasa tegang dan disaat berjalan tidak bergoyang, kalau yang kena remas bergoyang terbuai-buai seperti telinga gajah, berbuai kekiri, kekanan, keatas, kebawah terkadang melambung2 ketika gadis itu berjalan atau berlari.
Mengapa buah dada bila kena sentuhan bisa jatuh dan apa hubungan telapak tangan dengan otot buah dada? Di kala buah dada itu dipegang atau diremas2 gadis merasa gairah, disaat bergairah hormon2 akan mengisi ruang buah dada sehingga menjadi tegang. Setelah bergairah buah dada yang tegang lalu mengendur yang membuat ototnya mengendur pula. Buah dada yang kena hisap putingnya menjadi lebam, yang belum kena hisap putingnya berwarna merah jambu. Sekiranya gadis itu tidak suci, buah dadanya jatuh terjuntai seperti buah pepaya yang terjuntai di pohon. Pada buah dada memang mengandung seribu tanda tanya, termasuk mengetahui wanita yang sudah punya anak atau belum. Perhatikan putingnya kalau tegangnya menghala ke atas yaitu mendangak ke atas berarti wanita itu sudah pernah melahirkan, kalau putingnya senantiasa terjojol keluar dan mendangak ke atas berarti wanita itu sudah pernah melakukan hubungan badan, tetapi belum pernah beranak. Namun payudara sering kali dianggap sebagai simbol seks, sebagian besar wanita dan lelaki sangat menyukai buah dada disaat melakukan hubungan sexsual, karena mereka dapat mencapai organsme (kenikmatan) hanya karena rangsangan buah dada.
Seorang gadis jika telah dewasa, kecil kemungkinan ukuran payudaranya berubah, kecuali bila berat badannya bertambah. Pembengkakan payudara karena kehamilan, menyusui atau pengaruh pil kontrasepsi adalah bersifat kondisional. Postur tubuh yang baik akan membentuk payudara nampak lebih besar. Coba tanyakan, apakah ia senang payudaranya disentuh atau tidak? Sebagian wanita memiliki puting payudara yang sangat sensitif sebagian lainnya tidak, mereka mungkin ingin payudaranya disentuh atau mungkin tidak. Tetapi umumnya wanita menyukai sentuhan lembut dan ciuman pada payudara dan juga pada puting payudara. Payudara dan putingnya akan mengeras apabila dirangsang. Begitulah tanda2 yang paling jelas bila ia terangsang, meskipun tidak semuanya demikian. Tanda2 lainnya adalah lubrikasi (pelendiran) pada liang vagina, kemerah-merahan di dada dan meningkatkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Wallahu a’lam.
GARIS TELAPAK TANGAN
Gadis yang berkulit tebal dan kasar, coba perhatikan kedua telapak tangannya, jikalau retak (peca urat, urat2 yg mrupai retak), bukan karena mungkin di sebabkan tidak tahan bahan pencuci yang mengandung kimia, berati gadis itu sudah hilang kesuciannya. Gadis yang masih suci, kedua telapak tangannya halus dan licin. Jika kesuciannya telah hilang, kedua telapak tangannya ketika di tekan warnannya pucat tidak merah, jika di pecet langsung menanjal balik. Satu cara lagi, coba perhatikan telapak tangan kanan, jika ada garis putus2 bagian tengah berarti kesuciannya telah hilang, bila tidak terputus2 berarti ada harapan kesuciannya belum hilang. setelah melihat telapak tangan yang kanan, coba gemgam ibu jari tangannya sebentar saja kira2 satu menit, bila disaat megemgam terasa hangat dan ibu jarinya merah ketika dilepaskan, berarti ada harapan masih suci. Perhatikan pula ibu jarinya, bila nampak pucat sekali walaupun ada rasa hangat berarti kemungkinan besar kesuciannya sudah terbang.

Coba pegang erat jari kelingkingnya, kira2 satu menit, lalu lepaskan, tanyalah bagaimana rasanya ketika dipegang erat dan dilepaskan ? Kalau ia menjawab tak ada rasa, mintalah maaf banyak2, kemungkinan ia tidak suci lagi. Tapi kalau ia menjawab ada rasa rangsangan, jantungnya berdebar2 atau ada rasa sakit seperti berdenyut2. Alhamdulillah nampaknya masih suci. (Yg ngetes adalah orng laki2)
JARI TELAPAK TANGAN
Dengan jari2lah lelaki suka memegang dan menggoda perempuan, begitu pula halnya jari2 perempuan, jari2 adalah kawasan yang paling mendasar untuk mengetahui gadis yang suci atau tidak. Caranya cukup mudah, terlebih dahulu berjabat tangan, selama berjabat tangan remas2lah tangannya, kalau laki2 bukan mahramnya boleh memegang tangan seorang gadis, itu menunjukkan dara kecil dibagian tangannya sudah ternodai. Apabila tangan dan jari2 gadis itu boleh di remas2 berarti peluang untuk memegang tempat2 yang lain terbuka lebar. Coba jari2 gadis itu di belai2 dan di remas2 dengan lembut, bagaimana perasaan gadis itu?

Sentuhan lelaki dijarinya memang membawa satu rasa yang ni’mat dan birahi yang tersendiri. Sentuhan tangan sentuhan ajaib, dari tanganlah akan menjalar ke zona2 yang lain. Sentuhan tangan memang sahdu, kalau tidak percaya cobalah betapa bahagianya berjalan sambil bergandengan tangan. Bila anda ingin mengetahui gadis itu terbiasa di sentuh atau tidak, Coba ulurkan tangan dan bersalaman dengannya, selama bersalaman genggamlah tangannya dengan lembut dan coba sentuh jari kelingking gadis itu. Ketika menyentuh jari kelingkingnya tengoklah wajah gadis itu, apakah dia nampak gelisah dan resah serta terperayuh?, kalau dia terkejut dan terperayuh berarti besar kemungkinan dia masih suci, kalaupun dia pernah berasmara, mungkin belum sampai tersondol. Jika disaat jari kelingkingnya disentuh dia nampak rilex saja, dan tak mau bicara, besar kemungkinan kesuciannya sudah lenyap. Wallohu a’lam.
PERUT
Peribahasa mengatakan biar pecah di perut jangan pecah di mulut, begitulah kata peribahasa, tapi tubuh wanita bukanlah peribahasa. Kalau pecah kegadisannya, pasti pecah perut. Bila gadis pernah melakukan hubungan badan, maka perutnya akan menjadi mengembang dan menjadi buncit sedikit. Oleh karena gadis yang belum pernah melakukan hubungan badan pinggangnya masih ramping dan perutnya masih kempis. Mengapa perut menjadi buncit sedikit? Di saat gadis itu melakukan hubungan badan sudah barang tentu gadis itu sampai ke puncak (organsme), di saat sampai ke puncak gadis itu tidak tahan dan menahan dibagian perut. Otot2 bagian perut menahan ke puncak dengan daya tahan yang sangat tinggi dan kuat. Ketika itulah perut itu mengembang dan setelah melakukan hubungan badan perutpun membuncit. Satu lagi tanda di perut, kalau gadis itu sudah pernah melakukan hubungan badan, ada garis panjang dari bawah buah dada sampai ke perut dan dari pusar sampai kekemaluan. Garis ini tidak terjadi pada semua gadis, tetapi kalau ada gadis yang memeliki garis ini artinya ia tidak suci lagi. Ada sebagian gadis yang sudah pernah melakukan hubungan badan hanya memiliki garis dari bagian bawah pusar sampai kekemaluan. Kalau gadis itu sudah hamil, garis itu akan terbagi dua, coba lihat perut wanita yang hamil, mesti ada garis2 retak yang melintang di perutnya. Gadis yang masih suci pada umumnya perutnya masih lembut. Bagi yang sudah pernah berhubungan badan, kulit perutnya agak kasar sedikit. Ada juga yang menjadi keras sebab hormon2 dan lemak mewujudkan gumpalan dibagian bawah dinding perut. Wallahu a’lam

RAMBUT
Rambut merupakan mahkota wanita tetapi juga berperan menentukan gadis itu masih suci atau tidak. Gadis yang masih suci, rambutnya memang rapi, kelihatan segar dan tidak kasar, sementara gadis yang sudah hilang kesuciannya, rambutnya kelihatan tidak bergairah. Di zaman nenek moyang kita dulu, mungkin masih ada yang diamalkan sampai saat ini. Ketika seorang gadis hendak dinikahkan, ahli penghias pengantin terlebih dahulu memotong rambut didahi, ditekuk dan disebelah belakang telinga kiri dan kanan. Rambut2 inilah yang oleh mereka disebut rambut perawan. Dengan menggunting rambut2 ini, mereka mengetahui apakah gadis itu masih suci atau tidak. untuk membuktikan coba sediakan satu buah kelapa muda yang sudah dilobangi dan airnya tidak dibuang lalu masukkan potongan rambut tersebut. Jika rambut2 itu terapung dipermukaan air kelapa artinya gadis itu masih suci. Jika semua rambut itu tenggelam artinya gadis itu sudah tidak suci. satu lagi caranya, kalau d?saat ditiup angin rambut gadis itu mengembang lembut dan kembali ketempat asalnya. Alhamdulillah nampaknya ada harapan kegadisannya masih ada. Wallahu a’lam.

BIBIR
Percaya atau tidak bahwa bibir gadis yang pernah dicium lebih menarik dan cantik. Apabila bibir bertemu bibir, maka akan membuat pergerakan darah akan mengalir kebibir dan membentuk bibir yang baru. Lebih kerap dicium, lebih cantik pula bibirnya. Tapi ada juga gadis yang mempunyai bibir mulut yang cantik walaupun tidak pernah dicium. Gadis yang belum pernah dicium bibirnya kelihatan berwarna merah jambu dan tidak ada garis lembam (bengkak) atau hitam di sekitar bibirnya. Bibir gadis yang tidak pernah dicium tidak tampak pucat dan bibirnya licin dan basah. Bibir yang pernah kena cium akan nampak lembam walaupun hanya satu kali saja, dan dapat merubah bibirnya juga terdapat garis-garis kasar yang memperindah bentuk bibir seperti irisan jeruk. Bila gadis itu tidak suci lagi, bagian tengah bibirnya nampak retak, seakan-akan terbagi dua, retaknya tidak begitu jelas, akan tetapi nampak kalau diperhatikan betul-betul. Ada pula yang mengatakan gadis tidak suci ketika ia tertawa bibirnya nampak lebih lebih besar dari pada tidak tertawa dan bibir bawah tampak keluar dari pada bibir yang atas. Wallahu’alam.

Keterangan:
(bibir yang kering walaupun diusap (disolek) dengan gincu, bibir tetap kering. Cara membasahi bibir untuk menutup prasangka bahwa ia tidak suci lagi, oleskan minyak kelapa pada bibirnya tiap pagi, biarkan minyak kelapa meresap dalam bibir selama setengah jam. Insya Allah bibir gadis itu kelihatan berminyak dan tidak lembam. Bibir yang sudah lembam jangan diolesi minyak kelapa.

KEMALUAN.
Ini Tentunya hanya diketahui setelah menikah. Permukaan gadis yang pernah melakukan hubungan badan, terkesan lembam (memar), pintu kemaluan tidak tertutup rapat, agak renggang sedikit. Kalau gadis yang masih perawan, kemaluannya senantiasa tertutup rapat. Sebenarnya selaput darah bisa dilihat langsung kedalam kemaluan gadis. Bila kemaluan masih ciut berarti gadis itu masih suci. Kalau lobang itu terbuka sedikit berarti gadis itu sudah tidak perawan lagi. Coba perhatikan warna kemaluan gadis, kalo permukaannya pintu kemaluannya berwarna ungu, kemerah-merahan berarti dia masih suci, akan tetapi kalau warna merah sudah pudar malah menjadi pucat, berarti dia sudah tidak suci lagi.satu lagi, biasanya disaat malam pertama, lelaki biasanya agak susah memasukkan zakar (penis) nya kedalam kemaluan gadis. Pertama kali melakukan hubungan badan dengan seorang gadis yang baru pecah selaput darahnya memang tidak memuaskan, karena gadis itu tidak nyaman dengan darah yang keluar pada malam pertama (kebiasaannya) dan rasa perih pada kemaluannya. Sehingga ia tidak akan mau berlama-lama. Untuk mengetahui selapaut dara yang pecah, coba kosentrasikan mata anda kedahi istri anda, kalau dia berkerut artinya dia menahan sakit, tetapi kalau dia berpura-pura, rilex ajalah…
Wallahu’alam..

LEHER
Leher juga menjadi salah satu tempat yang dapat menunjukkan gadis itu masih suci atau tidak. Bila leher perempuan itu nampak berkedut-kedut, artinya perempuan itu pernah disentuh laki-laki. Garis kedutnya bukan seperti garis kedutan karena tua, garisnya kecil-kecil, pendek-pendek dan putus-putus, bukan garis yang panjang. Kalau ingin melihat dengan jelas tunggulah gadis itu menundukkan kepalanya. Lihatlah dengan cepat dan cermat.!. bila gadis itu sering sering diusung lelaki, maka lehernya terdapat tanda-tanda hitam kecil dilobang romanya dan warna lembab kecil seperti bintik-bintik. Adakalanya lobang bulu roma tampak jelas dileher, ini juga berarti gadis itu sering disentuh. Kalau gadis itu berleher panjang (jenjang), coba perhatikan dibagian lehernya, jika terdapat garis-garis urat yang bersilang artinya gadis itu masih suci. Jika terdapat garis-garis yang melintang, bukannya urat yang melintang, ini berarti perempuan itu sudah beranak (pernah melahirkan). Wallahu’alam.

PIPI
Wanita yang tidak suci lagi wajahnya tidak berseri-seri, pipi gadis yang masih suci senantiasa menggairahkan dan merah segar. Kalau pipi gadis yang pernah dicium warna kemerah-merahan akan hilang. Kalau pipi itu merah karena dicium ayah atau saudara sekandung maka tidak membahayakan terhadap kesucian gadis tersebut. Coba perhatikan betul-betul pipi gadis yang tidak perawan lagi terdapat garis melintang yang tidak begitu jelas/tampak. Walau bagaimanapun pipi gadis yang pernah kena cium masih tetap cantik, akan tetapi kalau sudah biasa dicium/disentuh laki-laki, lesung pipinya kurang dalam dan terdapat satu garis disebelah lekuk lesung pipinya. Gadis yang masih suci, bila berbicara disekitar pipi kanannya maupun kiri cepat berkeringat, dan keringat ini akan keluar walaupun ditempat yang sejuk. Keringat yang dimaksud mungkin tidak nanpak kecuali dilap dengan tissue. Coba perhatikan bagian tepi telinga seorang gadis. Dibagian itu terdapat anak rambut yang halus dan lembut. Apa bila gadis itu tidak suci lagi, anak rambut itu tidak akan gugur, tetapi masih tetap ada, namun menjadi keras bahkan kasar. Apabila ditiup angin anak rambut itu nampak begitu kasarnya dan disisi pipi kelihatan agak gelap walaupun gadis itu berkulit hitam manis. Wallahu’alam..

“Berpesan baiklah kamu terhadap wanita, sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan yang paling bengkok bagian atasnya. Oleh karena itu, apabila kamu paksa untuk meluruskannya maka akan patahlah ia, dan apabila kamu membiarkan, maka akan bengkoklah ia selamanya”. (HR. Bukhari Muslim).(Disadur dari berbagai sumber)

Gerakan Zindig Dan Panteisme Dalamserat Syekh Siti Djenar



Buku serat siti Djenar diterbitkan di kediri, yang kali pertama ditulis oleh P.N. Notoroto  lalu ditulis ulang oleh R. Sosrowijoyo pada tahun 1958, untk mengisi kekosongan khasanah kesusastraan jawa pada masa itu. Serat ini berisi tentang asal-usul, perjalanan serta inti ajaran siti Djenar. Nama Syekh Siti Djenar kadang disebut Syekh Siti Brit. Dalam bahasa jawa Djenar berarti kuning sedang Brit berasal dari abrit yang berarti merah, adanya perubahan nama dari Djenar menjadi Brit perlu telaah tersendiri.
Diantara banyak penulis tentang Siti Djenar, Rahimsyah (1997:211-212). Menulis asal-usul Siti Djenar adalah keturunan Maulana Abdullah yang memperanakan Syekh Datuk Isa yang bermukim di malaka, ia mempunyai dua orang anak, yaitu Syekh datuk Achmad dan Syekh Datuk Soleh yang memperanakan Siti Djenar.
Abdul Munir Mulkhan (1999:3-4) mengatakan bahwa Syekh Siti Djenar berasal dari cirebon. Ayahnya seorang raja pendeta bernama Resi Bungsu, suatu ketika ayahnya marah dan Siti Djenar disihir menjadi cacing dan dibuang kesungai.
Sedangkan di dalam surat Siti Djenar karya Sosrowijoyo ini, disebutkan bahwa Siti Djenar adalah keturunan elit Hindu Buda dari jawa barat, yang sedang runtuh runtuhnya penguasa tersebut barangkali oleh kekuatan baru yaitu Islam. Dari sinilah yang melatarbelakangi adanya gerakan Zindig yaitu gerakan politik yang melemahkan gerakan Islam dipimpin wali songo. Banyak ahli yang meneropong tokoh Ma’rifat Jawa Siti Djenar dari berbagai sudut pandang, tetapi dalam kajian ini hanya membatasi permasalahan pada gerakan Zindig dan Panteisme yang terdapat dalam Syekh Siti Jenar Karya R. Sosrowijoyo.
Dalam serat Siti Djenar ini diduga terdapat lentik-lentik pemikiran gerakan Zindig, gerakan zindig adalah faham gerakan yang didalamnya terdapat segala aliran yang berusaha menghambat perkembangan Islam dari dalam (Simon, 2004:388) dapat disimpulkan bahwasanya didalam gerakan ini kemungkinan personelnya melakukan penyusupan atau infiltrasi kedalam sebuah ajaran yang mana adalah agama islam sebagai substansi berikut kutipan mengenai gerakan zindig berikut ini:

“ Kang Kapindo aja sira, ngrusak barang tinggalan dingin kayata rontal sastrayu, tulis-tulis ning sela, kaya watu patilasan ya kalebur wruhnira, bangsa jawa, budine tan bisa enting”
“kang kaping tri mbok menawa, kowe rujuk buwangen masjid iki, sirnakno serana latu, sun owel turunanira, nora wurung tembe kanut mendem kulhu, edan kedanan mring Allah, nganggit anggit nora panggih”

Ungkapan diatas menunjukkan keberatan dan kekhawatiran syekh Siti Djenar akan hilangnya tradisi agama Hindu Budha yang akan diganti dengan Islam karena ketika Islam masuk ke Jawa telah terjadi internalisasi nilai-nilai yaitu hindu budha dan kultur jawa itu sendiri pada proses internalisasi itu telah terdapat titik temu yang menghasilkan kontruksi nilai berupa budaya jawa sebagai “kejawen” karena nilai ini sudah tertanam kuat makamuncul sikap konservatif  daro personel kejawen yaitu keinginan untuk mempertahankan budaya lama tersebut.
Syekh siti Djenar dan kultur jawa ketika itu melihat kehadiran Islam tidak bisa dihadapi secara fisikal karena islam diwakili oleh kerajaan Demak, dengan sikap akomodatif kultur jawa mencoba menggabungkan antara jawa dengan Islam, seperti yang dilakukan Siti Djenar dengan strateginya berkedok Islam, berbuat seolah-olah memang islam tetapi justru membuat polemik tajam dengan Islam berikut ini kutipan data wejangan Siti Djenar kepada Ki Kebo Kenongo :

“Kyagung Pengging tan rininga, angenggoki jatineng maha suci Allah kana kene suwung, jatineng among asma ya asmane manungsa ingkang linuhung, mengku sifat kalehdasa, agama budha Islam karine ora beda, warna roro samane mung sawiji.

Dari wejangan tersebut nampak gerakan Zindig yang dilakukan Siti Djenar dengan mencampuradukkan ajaran islam dan Budha namun gerakan yang dilakukan tidak mampu menembus tataran syariah selanjutnya mencoba menembus tataran ma’rifat atau tasawuf yang merupakan cara bagi orang jawa untuk menempuh jalan yang singkat menuju sang Khalik, tetapi tasawuf jawa tidak sama dengan tasawuf islam karena telah mengalami sinkretisasi.

Dari sini muncullah ungkapan-ungkapan falsafah dari siti Djenar yang cukup terkenal salah satunya adalah konsep manunggaling kawula gusti dimana manusia telah mencapai hakikat yakni bersatunya aku dan tuhan ungkapan tersebut bukan semata-mata ungkapan fisik melainkan ungkapan metafisika, sehingga yang ada bukan yang ada itu sendiri, pengertianya bisa saja dimaksudkan untuk mengkounter kebudayaan yang telah mapan atau bisa saja merupakan move-move tertentu dari orang-orang yang kontroversial.

Pemikiran ini yang kemudian disebut dengan Pantheisme adalah seperti yang diungkapkan oleh Harun Hadiwiyono sebagai berikut: pantheisme merupakan  Bagian terdalam dari manusia yaitu atma, sejajar dengan atman di dalam agama Hindu. Atma dipandang identik dengan Allah sebagai Zat Mutlak. Kesamaan sedemikian rupa hingga Allah melihat, mendengar dan sebagainya, hanya dengan perantara manusia. Dapat dikatakan bahwa manusia adalah Allah yang menjadi daging. Menurut ungkapan jawa; manusia seperti katak berselimutkan liangnya (kodok kinemulan ing lenge) Allah berada di dalam manusia, karena manusia pada hakikatnya adalah Allah sendiri :

Dalam serat ini pemikiran  mengenai panheisme ada dalam kutipan berikut:
“pangidepe mring hyang widi,midera sajagad raya, kana kene nora nana Allah mung deweke dewe,kang ana mung asmanira,dadi uriping raga,yaitu urip salaminipun”
“Allah iku dudu johar manik,dudu nur mukhamad rupo cahyo,dudu roh saanterone,tan njaba njero dudu,marama wong kang anjala wening”
“ingkang salah tampa wor ijajil, gusti Allah neng sajroning badan ,marma tumpang suh pikire napas piker rinengkuh,sanubari keraton gusti ana mring sipat kodrat,tiyang rasa tuwinnur daliling ngakaid terang mung pepiling wujuding hyang maha suci,la Dihni la karija”

Syekh Siti Jenar berkata: "Kelilingilah cakrawala dunia, membumbunglah engkau ke langit yang tinggi, dan selamilah dalamnya bumi hingga lapis ke tujuh, engkau tidak akan bisa menemukan Wujud Yang Mulia. Kemana saja engkau pergi, engkau hanya akan menemukan kesunyian dan kesenyapan.yang ada di semua tempat itu hanya disini adanya. Apa yang ada disini bukan wujud saya, yang ada didalam diriku ini adalah kehampaan yang sunyi. Isi dalam daging tubuh ini adalah isi perut yang kotor, bukan jantung dan bukan pula otak yang terpisah dari tubuh, tetapi nafas yang melaju pesat bagaikan anak panah terlepas dari busurnya
Menurut Siti Jennar selanjutnya, "Dirinya bukanlah budi, bukan angan-angan hati, bukan pula fikiran yang sadar, niat, udara, angin, panas, atau kekosongan dan kehampaan. Wujud dirinya hanyalah jasad yang akhirnya menjadi jenazah, yang membusuk bercampur tanah dan debu. Nafasnyalah yang mengililingi dunia, meresap dalam tanah, api, air dan udara yang akhirnya kembali ketempat asal dan aslinya. Hal itu disebabkan karena semuanya merupakan barang baru dan bukan yang asli. Hakikat dirinya dipandangnya sebagai dzat yang sejiwa dan menyuksma di dalam Hyang Widi."
Bagi Siti Jennar, Tuhannya adalah Tuhan yang bersifat Jalal dan Jamal yaitu Maha Mulia dan Maha Indah. Siti Jennar tidak mau mengerjakan shalat karena kehendaknya sendiri, karena itu ia juga tidak memerintahkan siapapun untuk shalat, baginya orang shalat karena budhinya sendiri yang memerintahkan shalat. Namun budi itu juga bisa menjadi budi yang laknat dan mencelakakan, yang tidak dapat dipercaya dan diturut, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat dipegang, tidak jujur, yang jika dituruti lalu berubah dan kadang mengajak mencuri.
Ajaran inilah yang  dianggap kontrversial dengan ajaran islam karena meninggalkan tataran syari’at sebagai pijakan hidup beragama,seperti yang diungkapkan oleh Prof.Dr hasanudin simon dalam bukunya misteri Syekh siti jenar(386:2) bahwa ajaran siti djenar lebih mengarah ke ilmu Hakikat yang kemudian mengabaikan syari’at sehingga walisongo menilai hal ini bukan konsumsi orang awam dengan ajaran islam

KESIMPULAN
Di dalam serat syekh siti djenar karya R.sosrowijoyo ini terdapat  gerakan zindig yang bertujuan melemahkan gerakan islam ditanah jawa, hal ini disebabkan oleh keinginan personel jawa untuk mempertahanka kontruksi nilai yang lama (Hindu,Budha,Kultur jawa) atau kejawen ,karena mengalami alienasi  akibat munculnya kekuatan baru yaitu islam yang diperkuat dengan kehadiran kerajaan Demak dan Wali Songo.
Masuknya islam ke jawa mengalami benturan, karena sebelumnya sudah terjadi internasionalisasi nilai yaitu kejawen sehingga terjadilah Kultural Shok/goncangan budaya. personel jawa yang ingin mempertahankan budaya lamanya lantas melakukan perlawanan tetapi bukan secara fisik tetapi melalui infiltrasi dan melemahkan dari dalam. Hal ini dilakukan dengan cara mencampuradukkan islam dan kejawen oleh siti jenar karena gerakan ini tidak mampu menembus syariat maka yang ditembus adalah makrifat sehingga muncul tarekat dan ma’rifat jawa.
Manunggaling kawula gusti, Panteisme merupakan salah satu ma’rifat jawa tersebut, dimana terdapat konsep penyatuan manusia dengan Tuhan dapat pula dipahami juga bahwa konsep ma’rifat ini merupakan jalan yang singkat untuk menuju sang khalik tujuanya untuk mengagitasi masa agar mengikuti ajaran atau aliran kepercayaan ini sehinngga sifat konservatif terhadap kontruksi nilai lama (kejawen) dapat dipertahankan meskipun secara tersembunyi.

KEHEBATAN AJARAN ISLAM



Hadits diatas menunjukkan bahwa kita harus meyakini dengan sepenuh hati, bahwa ajaran Islam itu sempurna bagi manusia. Dengan ketinggian ajaran Islam tersebut, seharusnya pula kita menjadi umat yang tinggi dan mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan umat-umat yang lain.
Kita harus ingat bahwa al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk manusia, baik untuk mengarungi hidup didunia maupun diakhirat. Manusia yang mana? Yang mana saja, asal dia merasa dirinya manusia.
Dari mana pondasi ajaran Islam dibangun? Yaitu dari Aqidah atau keimanan. Kepercayaan tentang adanya Allah, al-Qur’an, Rosul, malaikat, alam akhirat dan taqdir (qadha’ dan qadar) harus diluruskan lebih dahulu dari pada ajaran Islam yang bersifat fiqyah dan mu’amalah, karena ajaran Islam secara keseluruhan tidak dapat dilepaskan dari aqidah.
Oleh sebab itu kali ini kita akan membahas secara global tentang masalah aqidah islam. Tapi perlu ditekankan bahwa pembahasan kita kali ini merupakan pintu masuk dari pembahasan-pembahasan dipertemuan yang akan datang.

***

Secara sederhana dapat kita logikakan, karena ajaran Islam itu diperuntukkan bagi manusia maka apapun yang diajarkan harus sesuai dengan potensi manusia. Dengan mengetahui potensi manusia maka kita dapat mencerna islam itu secara lebih gamblang. Apa potensi manusia yang paling pokok? Dapat kita jelaskan, secara garis besar manusia mempunyai naluri (gharizah) yang harus dipenuhi. Dan ada tiga macam gharizah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri), gharizatun nau’ (naluri untuk melestarikan keturunan), gharizatut taddayun (naluri untuk bertuhan/beragama).
Gharizatul baqa’ ini dapat kita lihat gejalanya pada diri manusia, misalnya ketika dia lapar maka dia akan segera mencari makan. Bila dia terancam nyawanya, maka dia akan segera menghindar. Bila dia tersinggung maka dia akan melawan, dst.
Ghariratun nau’ adalah naluri manusia untuk mempertahankan eksistensinya didunia ini, yaitu dengan melestarikan keturunannya. Perasaan aveksi yang ada dalam diri manusia adalah bukti bahwa naluri itu ada, ketertarikan pada lawan jenis, perasaan sayang, cemburu, dst.
Gharizatut tadayun, hal ini biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk taqdis atau pensucian terhadap sesuatu. Dapat kita buktikan dengan banyaknya manusia yang tidak bisa lepas dari bayangan kekuatan yang besar dibalik alam ini. Jauh sebelum agama-agama datang ke Indonesia, nenek moyang kita telah menghambakan diri kepada benda-benda keramat dan roh-roh nenek moyang atau lebih dikenal animisme dan dinamisme.
Itulah wujud dari gharizah manusia secara umum, dan hal itu butuh pemenuhan. Namun harus diingat, pemenuhan itu harus benar dan kebenaran itu hanya dipunyai oleh Sang Pencipta (al-Khaliq) yang telah menciptakan manusia, karena Dia yang menciptakan maka Dia pula yang paling tahu kebutuhannya. Oleh karena itu semua harus dikembalikan kepada ajaran-Nya demi kemaslahatan manusia didunia dan diakhirat.

Bagaimana islam menyikapi potensi manusia tersebut?

Islam mengakui bahwa semua hal diatas adalah potensi manusia yang harus dipenuhi, tapi penjelasan tentang pemenuhan kebutuhan tersebut dapat kita temukan disetiap detail ajarannya. Gharizatul baqa’ (naluri mempertahankan diri), misalnya : Islam mengaturnya dengan memberikan batasan mana yang halal dan mana haram. Selain itu cara mendapatkannyapun harus dengan cara yang ma’ruf demi kemaslahatan manusia itu sendiri, dst.
Sedangkan Ghorizatun nau’ (naluri melestarikan keturunan) : Islam mengaturnya dengan jalan yang legal yaitu nikah. Nikah ini disyari’atkan untuk mengangkat derajat manusia supaya tidak jatuh dalam perzinaan. Jika hubungan lawan jenis ini tidak diatur maka nilai manusia tidak lebih baik dari hewan, bahkan lebih hina dari pada hewan. Nikah juga dapat menanggulangi bahaya penyakit kelamin dan penyakit berbahaya lainnya yang diakibatkan oleh hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan. Kebutuhan hidup bersama antara laki-laki dan perempuan tidak dilarang oleh Islam seperti halnya kehidupan para pendeta dan biksu. Karena dengan demikian adalah pengingkaran terhadap suatu kebutuhan manusia secara biologis. Akibatnya banyak dari para pendeta yang melakukan zina dengan para biara wati, tapi hal ini ditutup-tutupi.
Tidak cukup disitu saja, Islam juga mengatur pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya hubungan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini disyai’atkan demi menjaga kehormatan manusi khusunya para perempuan yang memang sering menjadi korban pelecehan.
Adapun Ghorizatut tadayun (naluri untuk beragama) : Islam memberikan jawaban yang cukup memuaskan akal dan menenangkan hati, jika tidak demikian maka tentu keyakinan seseorang tentang Islam akan sangat rapuh. Islam memberikan peritah untuk menyembah Allah semata. Bukan mengakui bahkan menyembah banyak Tuhan seperti agama lain. Dengan logika jika banyak Tuhan yang harus disembah, ibarat jadi budak dengan dua tuan. Yang satu berkehendak demikian, yang lain berkehendak demikian. Tentu sangat membingungkan. Dan Islam melarang kita untuk melakukan ritual apapun kecuali jika ada perintah dari Allah dan Rosulnya

Kisah Sakratul maut: Anak yang Durhaka pada Orang Tua



Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat
menjelang kematiannya. Beliau mengajarkan kepadanya kalimat syahadah: Lailaha illallah. Tetapi pemuda itu lisannya terkunci. Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang ada di dekat kepalanya: Apakah pemuda ini punya ibu?

Ia menjawab: Ya, saya ibunya.

Rasulullah saw bertanya: Apakah kamu murka kepadanya?

Ibunya menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 haji (6 tahun).

Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!

Ibunya menjawab: Saya ridha kepadanya karena ridhamu padanya.

Kemudian Rasulullah saw mengajarkan kembali kepadanya kalimat: Lailaha illallah.

Pemuda itu sekarang dapat mengucapkan kalimat Lailaha illallah.
Rasulullah saw bertanya kepadanya: Apa yang kamu lihat tadi?

Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang berwajah hitam, pandangannya jahat, pakaiannya kotor, baunya busuk; ia mendekat kepadaku, dan marah padaku.
Kemudian Rasulullah saw membimbingnya membaca:
Yâ May yaqbalul yasîr wa ya_fû _anil katsîr iqbal minnil yasîr, wa_fu
_annil katsîr, innaka Antal Ghafûrur Rahîm.
Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Lalu ia mengucapkannya.

Rasulullah saw bertanya lagi: Lihatlah sekarang apa yang kamu lihat?

Kisah Sakratul maut: Anak yang Durhaka pada Orang Tua

Kisah Sakratul maut: Anak yang Durhaka pada Orang Tua

Pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki−laki yang berwajah putih dan indah, harum baunya, bagus pakaiannya; ia mendekat padaku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu menjauh dariku.

Rasulullah saw bersabda: Perhatikan lagi, ia pun memperhatikan.

Kemudian beliau bertanya: Apa yang kamu lihat sekarang.

Pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku hanya melihat orang yang wajahnya putih, dan cahaya meliputi keadaan ini. (Al−Mustadrak 2:129)

Wahai saudara−saudaraku, renungi baik−baik kejadian ini, dan perhatikan betapa banyak akibat buruk durhaka kepada orang tua.

Bukankah pemuda itu adalah salah seorang dari sahabat Nabi saw, beliau menjenguknya, duduk di dekat kepalanya, dan beliau sendiri yang mengajarkan kalimat tauhid kepadanya. Tapi ia tidak mampu mengucapkannya kecuali setelah ibunya memaafkan dan meridhainya.

HIKMAH CEMBURU BUTA



Kelahiran Muawiyah yang akan menjadi orang besar sudah diramal oleh seorang tukang tilik di zaman jahiliyah. Hindun bin Utbah ibu kepada Muawiyah pernah berkahwin dengan seorang lelaki bernama Fakih bin Al-Mughirah sebelum berkahwin dengan Abu Sufyan. Fakih seorang Arab yang sangat suka menerima tetamu, bahkan dia punya satu rumah khusus yang disediakan untuk tetamu dan orang musafir. Rumah tersebut dibuka siang dan malam dan boleh ditempati oleh tetamu dan musafir tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu.

Suatu hari, rumah tetamu tersebut sedang kosong, maka Fakih membawa Hindun beristirehat dan berbaring-baring di rumah tersebut. Sebentar kemudian Fakih keluar untuk suatu keperluan dan Hindu tertidur di situ sementara menunggu suaminya. Tiba-tiba datang seorang lelaki tetamu yang ingin beristirehat di rumah tersebut dan masuk ke dalam, tapi dia melihat seorang perempuan sedang tidur di dalamnya. Oleh kerana itu, dia segera keluar semula. Ketika lelaki itu keluar, Fakih datang dan melihatnya. Kecurigaan pun timbul di dalam hatinya, mukanya berubah menjadi merah. Fakih terus masuk dan menendang isterinya yang sedang tidur. Hindun terkejut dan cuba bangun dalam keadaan terhoyong-hayang.

"Ada apa? Ada apa?" kata Hindun dalam keadaan gugup. Pertanyaannya tidak dijawab, tiba-tiba Fakih telah bertanya dengan nada yang keras, "Siapa lelaki yang bersamamu tadi?"

"Lelaki? Mana ada...aku tidak melihat sesiapa, aku tidur dan baru terjaga setelah dikejutkan oleh engkau..." jawab Hindun.

Al-Fakih terus menuduh, tapi Hindun terus mempertahankan kejujurannya. Maka terjadilah perang mulut di antara kedua-dua suami isteri itu.

"Baliklah engkau kepada keluargamu." kata Fakih menghalau Hindun. Hindun terus bingkas dan balik ke rumah ayahnya. Sementara orang ramai memperkatakan mereka dari mulut ke mulut sehingga terdengar juga oleh Utbah, ayah Hindun.

"Wahai anakku, sesungguhnya orang ramai telah saling memperkatakan engkau. Maka hendaklah engkau ceritakan kepadaku perkara yang sebenarnya. Jika lelaki yang dimaksudkan itu benarbenar ada, aku akan mengutus orang untuk membunuhnya, agar cerita itu lenyap. Sebaliknya jika berita itu bohong aku akan bertahkim kepada tukang tilik di Yaman." kata Utbah kepada Hindun.

Hindun bersumpah kepada ayahnya bahawa berita itu tidak pernah ada, dia tidak pernah berlaku curang dan tidak pernah mengkhianati suaminya. Berdasarkan keterangan Hindun itu, Utbah memanggil Fakih dan berkata: "Engkau telah menuduh anakku dengan tuduhan yang besar. Oleh kerana itu aku akan ajak engkau agar bertahkim kepada tukang tilik di Yaman."

"Boleh," jawab Fakih.

Pada hari yang telah ditetapkan, Fakih berangkat ke Yaman bersama sejumlah kaum keluarganya dari Bani Makhzum, sementara Utbah dan Hindun berangkat bersama sekumpulan kaum keluarganya dari Banu Abdi Manaf. Apabila hampir sampai ke tempah bomoh yg di tuju, tibatiba wajah Hindun berubah menjadi pucat seperti orang ketakutan.

"Wahai anakku, mengapa keadaanmu tiba-tiba berubah seperti ketakutan? Ini pasti ada sesuatu yang engkau rahsiakan. Ayuh cakap terus terang aja." kata Utbah kepada Hindun.

"Wahai ayahku, demi Allah, aku tidak menyimpan apa-apa rahsia yang ditakuti. Tapi aku tahu bahawa engkau akan datang keapda seorang manusia tukang ramal, yang kadang-kadang salah dan kadang-kadang benar. Aku merasa tidak aman, khuatir tekaannya salah, maka aku akan menjadi umpatan dan cacian bangsa Arab." jawab Hindun.

"Jangan khuatir wahai anakku, aku akan menguji ahli nujum itu terlebih dahulu sebelum menilik dirimu, sama ada dia betul tahu atau hanya sekadar meneka-neka." kata Utbah. Utbah ingin mengetahui sama ada tukang tilik it betul-betul mahir atau hanya sekadar menekaneka. Sebelum dia masuk ke rumah si ahli nujum, Utbah mengambil sebiji gandum lalu disorokkan ke bawah pelana kudanya. Kemudian rombongan itu masuk ke rumah tok nujum dan disambut dengan gembira dan penuh kehormatan.

"Wahai tok nujum, aku datang kepadamu untuk suatu urusan. Sebelumnya aku telah menyorokkan sesuatu untuk mengujimu, cuba sebutkan apa itu?" kata Utbah.

"Hahaha....Engkau hanya menyorokkan sebiji bijiran sahaja." kata si tukang tilik.

"Aku ingin engkau terangkan lebih jelas." pinta Utbah.

"Bijiran itu adalah sebiji bijiran gandum yang ada dicelah-celah pelana kudamu. Betul tak?" kata si tukang tilik.

"Engkau betul." kata Utbah. Utbah sangat kagum akan kepandaian si tukang tilik itu, maka dia pun yakin dapat meneka keadaan Hindun dengan tepat.

"Nah sekarang, terangkan keadaan perempuan-perempuan itu." kata Utbah sambil menunjuk kepada perempuan-perempuan yang terdiri dari Banu Makhzum dan Bani Abdi Manaf itu.

Tukang tilik bangkit dan menghampiri perempuan-perempuan yang duduk bersimpuh di situ lalu ditepuk bahunya satu-satu persatu sambil berkata: "Bangun..!" setiap kali menepuk bahu seorang di antara mereka. Apabila tiba giliran Hindun, tukang tilik menepuk bahunya sambil berkata: "Bangun...! Tidak buruk dan tidak penzina. Dia bakal melahirkan seorang raja yang bernama Muawiyah."

Al-Fakih yang menyaksikan demonstrasi ahli nujum itu sejak tadi, sangat gembira apabila mendengar tentang isterinya. Dia segera menghampiri Hindun lalu dipegang tangannya dengan mesra. Tapi, tiba-tiba Hindun menarik tangannya dari genggaman suaminya itu dengan kasar.

"Mengapa pula engkau ini?" tanya Fakih dengan terkejut.

"Berambuslah engkau dari sini. Demi Allah aku ingin anak itu lahir dengan seorang lelaki selain engkau." kata Hindun lalu pergi meninggalkan Fakih. Seterusnya, Hindun pergi kepada ayahnya sambil berkata: "Wahai ayahku, sekarang akulah yang memiliki diriku sendiri. Oleh kerana itu, janganlah engkau kahwinkan aku dengan lelaki tanpa persetujuanku."

Fakih sangat menyesal kerana terlalu cemburu buta. Kemudian Hindun berkahwin dengan Abu Sufyan atas pilihannya sendiri. Pasangan itu melahirkan ramai anak yang seorang di antaranya bernama Muawiyah yang kemudian menjadi pengasa dan Raja Daulat Bani Umayyah yang pertama. Rupanya tindakan cemburu buta Fakih mengandungi hikmah besar bagi Abu Sufyan. Dia dapat isteri hebat dan menjadi ayah kepada orang besar.

BEKERJA ITU IBADAH



Bekerja bukan hanya kebutuhan, tapi juga kewajiban. Berpahala jika dilakukan, berdosa kalau ditinggalkan. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau. Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”

“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”

“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw. Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang diterima, Rasulullah saw segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mau membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham. Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali. Inilah lelang pertama kali yang dilakukan Rasulullah.

Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.” Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.” Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak.

Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”

Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian. Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”

Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri. Rasulullah saw pernah ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik,” (HR Ahmad dan Baihaqi).

Sedemikian tingginya penghargaan itu sehingga orang yang bersungguh-sungguh bekerja disejajarkan dengan mujahid fi sabilillah. Kerja tak hanya menghasilkan nafkah materi, tapi juga pahala, bahkan maghfirah dari Allah SWT. Rasulullah saw bersabda, “Jika ada seseorang yang keluar dari rumah untuk bekerja guna mengusahakan kehidupan anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai memintaminta pada orang lain, itu pun di jalan Allah. Tetapi jika ia bekerja untuk berpamer atau bermegah-megahan, maka itulah ‘di jalan setan’ atau karena mengikuti jalan setan,” (HR Thabrani).

Kerja juga berkait dengan martabat manusia. Seorang yang telah bekerja dan bersungguhsungguh dalam pekerjaannya akan bertambah martabat dan kemuliannya. Sebaliknya, orang yang tidak bekerja alias menganggur, selain kehilangan martabat dan harga diri di hadapan dirinya sendiri, juga di hadapan orang lain. Jatuhnya harkat dan harga diri akan menjerumuskan manusia pada perbuatan hina. Tindakan mengemis, merupakan kehinaan, baik di sisi manusia maupun di sisi Allah SWT. Orang yang meminta-minta kepada sesama manusia tidak saja hina di dunia, tapi juga akan dihinakan Allah kelak di akhirat.

Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, jika seseorang di antara kamu membawa tali dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar, kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu, itu lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain,” (HR Bukhari dan Muslim).

Bekerja juga berkait dengan kesucian jiwa. Orang yang sibuk bekerja tidak akan ada waktu untuk bersantai-santai dan melakukan ghibah serta membincangkan orang lain. Ia akan menggunakan waktunya untuk meningkatkan kualitas kerja dan usaha.

Begitu pentingnya arti bekerja, sehingga Islam menetapkannya sebagai suatu kewajiban. Setiap Muslim yang berkemampuan wajib hukumnya bekerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Abu Hanifah adalah seorang ulama besar yang sangat dihormati. Ilmunya luas dan muridnya banyak. Di tengah kesibukannya belajar dan mengajar, ia masih menyempatkan diri untuk bekerja sehingga tidak jelas apakah ia seorang pedagang yang ulama atau ulama yang pedagang. Baginya, berusaha itu suatu keharusan. Sedangkan berjuang, belajar dan mengajarkan ilmu itu
juga kewajiban.

Tentang nilai usaha ini, Islam tidak hanya bicara dalam tataran teori, tapi juga memberikan contohnya. Rasulullah saw adalah seorang pekerja. Para sahabat yang mengelilingi beliau juga adalah para pekerja. Delapan sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga adalah para saudagar yang kaya.

Kenapa orang yang bekerja itu mendapatkan pahala di sisi Allah SWT? Jawabannya sederhana, karena bekerja dalam konsep Islam merupakan kewajiban atau fardhu. Dalam kaidah fiqh, orang yang menjalankan kewajiban akan mendapatkan pahala, sedangkan mereka yang meninggalkannya akan terkena sanksi dosa. Tentang kewajiban bekerja, Rasulullah bersabda, “Mencari rezeki yang halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa dan sebagainya),” (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi)

Karena bekerja merupakan kewajiban, maka tak heran jika Umar bin Khaththab pernah menghalau orang yang berada di masjid agar keluar untuk mencari nafkah. Umar tak suka melihat orang yang pada siang hari tetap asyik duduk di masjid, sementara sang mentari sudah terpancar bersinar.